Judul: The Courage to Be Disliked.
Pengarang: Ichiro Kishimi, Fumitake Koga.
Jumlah halaman: 289.
Buku ini ceritanya saya dapatkan sebagai hadiah Tantangan Ngeblog di Mamah Gajah Ngeblog beberapa bulan yang lalu. Waduh, rasanya senang banget dapat buku fisik! Sudah dua kali sebelumnya menang tantangan ini, tetapi hadiahnya selalu dikirimkan ke rumah Mama di Indonesia.
Buku ini adalah karangan Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga. Dari namanya saja sudah ketahuan ya kalau penulisnya orang Jepang, dan bukan orang Indonesia hehe. Tadinya Teh May yang jadi sponsor hadiah menawarkan buku dengan judul lain dari pengarang yang sama: The Courage to Be Happy. Tapi setelah membaca sekian banyak review, tampaknya buku The Courage to Be Disliked ini mendapatkan lebih banyak respons positif dibanding The Courage to be Happy.
Sub judul dari buku ini adalah: How to free yourself, change your life and achieve real happiness. Nou ja, sebenarnya membaca sub judul ini saya merasa agak gimanaa gitu. I believed the real happiness can only be found in God alone. Dan bagi saya buku bergenre self-help ada di urutan prioritas ke-sekian untuk dibaca, apalagi kalau judulnya pingin bahagia.
Dengan argumen bahwa saya sudah menemukan apa itu bahagia – sukacita yang sejati, logikanya saya tidak butuh baca buku ini dong (ih, sombong). Tapi si Sep dan beberapa teman lagi merekomendasikan buku ini dan well ya, meskipun saya ngakunya sudah menjadi orang yang bahagia, tapi some practical and applicable tips and tricks are always handy.
Jadi, mari merendahkan diri untuk menerima ilmu dan mengesampingkan ke-skeptisan dan mulai membaca buku ini.
Cerita lainnya adalah mulai hari ini, satu Januari 2022, saya bergabung dengan sebuah klub buku ‘Maksakeun Maca’ yang artinya: Paksakan Membaca. Grup ini bertujuan untuk saling mendukung dan mengingatkan untuk selesai membaca satu buku dalam satu bulan. Jadi, kalau buku ini punya sekitar 300 halaman, berarti tugasnya adalah menyelesaikan sekitar 10 halaman di dalam satu hari. Huhuy, bisa nggak ya komitmen baca segitu banyak sehari. Harus bisa deh ya 😀
Introduction
Buku ini didasarkan pada teori dari Alfred Adler, seorang dokter dan psikoterapis dari Austria (1870-1937) yang kemudian mengembang teori bernama ‘individual psychology’. Apa isi teorinya ini, tentu saja saya tidak tahu hehe. Saya sendiri mendengar teori Adlerian ini baru sekarang ketika mau membaca buku ini.
Buku ini dibuka dengan sebuah cerita ‘fiksi’ tentang seorang anak muda yang mencari arti hidup dan kebahagiaan. Si anak muda pergi ke seorang filosofer – bukan untuk mencari jawaban yang dia ingin temukan, tetapi untuk menantang si filosofer dan mematahkan semua teori-teorinya.
Is the world really a simple place? Yes, this world is astonishingly simple and life itself is, too.
TCD, xi
Hidup ini simpel, tapi kita manusia yang sering membuat hidup menjadi complicated. Manusia hidup di dalam dunia yang subyektif – semua kita memandang dunia dari sudut pandang kita masing-masing, sesuai dengan pengertian kita sendiri.
Orang sering melihat dunia melalui kacamata hitam – tentu saja semua hal terlihat gelap dan suram. Tapi kalau kita punya keberanian untuk membuka kacamata ini, kita bisa melihat bahwa sebenarnya dunia (dan hidup) itu tidaklah muram. Tetapi butuh keberanian untuk membuka kacamata ini. Butuh keberanian untuk berpikir bahwa hidup ini sebenarnya simpel saja.
Dan butuh keberanian membaca buku ini dan berkomitmen bisa menyelesaikannya di dalam tiga puluh hari. Hehehe. There is no way going back, yuk kita mulai saja.
#maksakeunmaca
#onebookonemonth
#day01
yay! selamat memulai perjalanan menemukan kebahagiaan ala selfhelp wkwkwk..
in general, isi buku ini gak bertentangan dengan apa yg diajarkan agama kok, judulnya aja itu yg sengaja agak sok berani.
tapi indeed, hidup ini bisa kok dibikin sederhana… asal tau caranya dan punya keberanian untuk tidak memikirkan apa kata orang.
Ahaha makasih Sep. Jadi ingat banyak buku2 —isme yang kita harus baca 😀