Posted in Inspirational, My Thoughts

The Courage to Be Disliked – 2nd Chapter: All Problems are Relationship Problems (1)

Di sepanjang buku ini, si pemuda digambarkan sebagai seseorang yang tidak menyukai dirinya sendiri. Kenapa ada orang yang tidak menyukai dirinya sendiri? Apa baiknya (baca: keuntungan yang bisa diambil) untuk seseorang untuk membenci dirinya sendiri?

📝 Membenci atau paling tidak tidak menyukai diri sendiri bukanlah hal tidak umum terjadi. Pada satu level tertentu, hampir semua orang pernah ada di dalam titik tidak menyukai dirinya sendiri. Baik tidak menyukai sesuatu yang sifatnya fisik maupun hal yang bersifat mental/spiritual.

📝 Manusia diberikan Tuhan nilai kebenaran dan juga suara hati nurani untuk memberikan sinyal bila seorang manusia memiliki kesalahan. Masalahnya adalah, standard yang dipakai seorang manusia itu untuk menilai dirinya kurang atau tidak kurang itu juga sudah tidak sempurna. Itulah mengapa kita sering sekali sibuk memikirkan kekurangan diri sendiri (dan kekurangan orang lain), padahal mungkin ya sebenarnya kita ini baik-baik saja.

Akar sebuah masalah adalah masalah dalam hubungan/relasi di antara manusia

Sang filosofer mengungkapkan, pandangan si pemuda bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan itu timbul karena si pemuda ini tidak mau mengalami resiko penolakan di dalam relasi dengan orang lain. Daripada dia dianggap orang aneh, lebih baik dia menganggap dirinya aneh duluan! Dan kalau dia sudah mempublikasikan keanehan dirinya ini kepada semua orang, hal itu akan menjadi suatu pembenaran – bila ada ada orang yang meanggap dia tidak bisa berrelasi dengan mereka, ya itu wajar toh, kan si pemuda memang aneh!

📝 Kalau bahasa psikologi itu emang njelimet ya! Meskipun memusingkan, contoh-contoh kasus gini banyak sih di drama-drama Korea. Tentang orang-orang yang minder dan menyembunyikan diri karena ya daripada ditolak orang lain, lebih baik menolak diri duluan.

📝 And to be honest, ini alasan saya dua puluh lima tahun lalu mengusir seorang pria dari halaman rumah kost saya. Saya takut kalau ternyata saya jatuh cinta kepadanya, lalu dia menemukan keanehan dalam diri saya – dia akan meninggalkan saya. Jadi lebih baik saya mengusir dia duluan, dibanding dia yang meninggalkan saya. Huh, so much for self-confident! Yang jelas, berbelas tahun kemudian, ketika saya dan si Pria ini bertemu kembali dan menikah, ternyata dia sama anehnya, atau bahkan lebih aneh dari saya! Dan tidak, kami tidak saling meninggalkan. Kami tetap menikah – antara terjebak di dalam keanehan ini, dan memang menikmati aneh-nya hubungan kami berdua.

If all interpersonal relationships were gone from this world, which is to say if one were alone in the universe and all other people were gone, all manner of problems would disappear.

Adler quoted in TCD, p. 51

📝 Sekali lagi saya setuju untuk tidak setuju dengan buku ini. Adler has made sense with his theory. Semua akar permasalahan itu memang ada di dalam relasi interpersonal. Coba saja urusan Korea Selatan dan Korea Utara, kesengitan antara hubungan menantu dan mertua, bahkan demonstrasi rakyat menolak peraturan pemerintah untuk mencegah Corona – semua ini memang akar masalahnya adalah tidak adanya kepercayaan di antara dua pihak manusia. Do you see Adler’s point? Masalahnya ujung-ujungnya adalah hubungan di antara manusia.

📝 Tapi sekali lagi, buku ini represents only half of the truth. Akar dari segala masalah di dunia ini adalah dosa. Dan dosa memanglah sebuah masalah relasi interpersonal: relasi Tuhan dan manusia yang sudah rusak. Hal ini membuat semua konsep nilai dan kebenaran dalam diri manusia sudah rusak, sehingga manusia satu dan manusia lainnya akan saling mencurigai, menyakiti, dan lain-lain.

That’s it. That’s for today. Besok kita lanjut lagi!

#maksakeunmaca
#onebookonemonth
#day05

2 thoughts on “The Courage to Be Disliked – 2nd Chapter: All Problems are Relationship Problems (1)

  1. Buku ini memang pendekatannya bukan dari sisi agama ya, tapi sepanjang yang aku baca, tidak ada poin yang menentang agama dan semua make sense.

    Jadi memang semua masalah itu berasal dari interpersonal relationship sebagai bentuk terkecil dari komunitas.

Leave a Reply to Risna Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *